Scorpio Owners Club Indonesia
untuk pertama kalinya Turing untuk Pendidikan
Setiap klub motor erat kaitannya dengan kegiatan turing atau jalan-jalan mencari kesenangan. Untuk kali pertama Scorpio Owners Club Indonesia melakukan turing penuh tantangan untuk kegiatan sosial.
Rencana kegiatan bakti sosial ini sebenarnya sudah digagas sejak lama, namun setelah melalui lika-liku sulitnya mencari sponsor, mengumpulkan dana dan mengatur barang-barang yang akan dibawa akhirnya tunai sudah janji ScOCI kepada siswa SDN IV Sawarna Bayah.
Dengan membawa barang-barang keperluan sekolah seperti alat tulis, alat peraga pendidikan, makanan kecil dan susu dalam kemasan hasil sumbangan dari beberapa pihak yang tidak mau disebutkan namanya dan juga hasil swadaya dari seluruh anggota ScOCI, rombongan berangkat menuju desa Sawarna, Bayah dari Jakarta hari Sabtu, 16 Agustus 2008 pagi hari.
Rombongan terdiri dari 4 motor dan 1 mobil pick-up untuk membawa barang. Keterbatasan dari sebagian besar anggota yang tidak bisa ikut karena terbentur dengan acara 17an di lingkungan masing-masing tidak menyurutkan semangat tim Ekspedisi Sawarna – demikian kami menyebut tim kecil ini—untuk tetap maju, berangkat menuju desa Sawarna untuk menunaikan janji.
Perjalanan menuju desa Sawarna ditempuh selama hampir satu hari karena tim berjalan pelan dan santai untuk menikmati pemandangan di beberapa tempat antara Jakarta-Sukabumi-Bayah. Kerap kali tim berhenti untuk berfoto dan istirahat.
Waktu dan jarak yang ditempuh tidak terasa membosankan karena selama perjalanan suasana gembira dan santai menyertai tim ditambah pemandangan indah pegunungan dan pantai. Tidak terasa hari telah bergulir uzur, matahari menjelang paripurna ketika rombongan tiba di desa Sawarna. Waktu tempuh yang cukup lama memang wajar mengingat tim selalu berhenti di setiap titik dengan pemandangan menarik dan juga istirahat beberapa kali. Seharusnya jika ditempuh non stop waktu tempuh hanya berkisar 4-5 jam. Hal ini dialami oleh 2 anggota ScoCI yang menyusul keesokan harinya.
Untuk mencapai desa Sawarna dari jalan raya Pelabuhan Ratu-Bayah, tim harus menempuh jalan kecil yang hanya cukup untuk satu mobil dengan kondisi yang rusak parah. Jalan kecil ini sepertinya pernah diaspal tapi kini hanya tampak di beberapa bagian karena telah rusak dan berganti menjadi jalan berbatu, kerikil dan tanah.
Jalan sejauh kurang lebih 6 kilometer ini cukup berbahaya karena selain rusak, di kanan kiri hanya ada pepohonan, ladang dan jurang. Rumah penduduk jarang ditemui dan jarak antar rumah pun cukup jauh. Karena bulan Agustus ini termasuk musim panas maka debu bukanlah hal yang aneh di jalan yang rusak parah ini.
Kondisi ini membuat tim menguras tenaga, konsentrasi dan segenap skill riding yang dimiliki, apalagi medannya belum dikenal oleh tim. Di beberapa titik terdapat jalan menurun yang cukup curam dan berbahaya karena selain menurun tajam, berbelok dan di sisi jurang jalan ini kondisinya berkerikil bercampur pasir. Dalam keadaan datar saja bila menekan rem mendadak dipastikan motor bias slip atau jatuh, apalagi dalam keadaan jalan menurun dan berbelok. Setelah bersusah payah akhirnya sampai juga di tepi desa Sawarna. Di ujung desa kondisi jalan cukup baik dibanding jalan sebelumnya.
Di desa Sawarna, tim disambut oleh Kepala Desa, Kepala SDN IV Sawarna dan segenap perangkat desa. Setelah ramah tamah tim dipersilakan untuk istirahat di rumah salah satu perangkat desa yaitu Bapak Sandy. Selesai membersihkan badan dan makan malam tim berkesempatan untuk melihat-lihat pantai desa Sawarna yang terkenal yaitu Tanjung Selayar.
Walaupun tidak terlalu banyak yang bisa dilihat karena hari telah gelap namun tim cukup merasa puas dengan kerlap-kerlip perahu nelayan di kejauhan dan hiburan deburan ombak yang mengecup bibir pantai.
Keesokan harinya bertempat di lapangan desa, tim diundang oleh Kepala Desa untuk ikut serta mengikuti upacara Kemerdekaan RI ke 63. Sesudah upacara akhirnya tim beserta sebagian guru, Kepala Sekolah SDN IV Sawarna dan perangkat desa berangkat menuju SDN IV Sawarna. Di sana telah menunggu beberapa siswa SDN IV Sawarna yang juga usai mengikuti upacara di halaman sekolah.
SDN IV Sawarna dipilih karena di antara empat sekolah dasar di Sawarna hanya sekolah dasar ini yang keadaannya kurang mencukupi. Dari kebutuhan 6 ruang kelas, sekolah ini hanya mempunyai 2 bangunan permanen yang digunakan secara bergantian. Bangunan utama berupa 3 ruang kelas dan satu ruang kelas yang menempel di sisi tembok bangunan utama. Ruang kelas darurat ini mirip bedeng yang digunakan para pekerja bangunan di wilayah perkotaan. Satu bangunan lagi digunakan untuk ruang guru, ruang kepala sekolah dan diberi sekat untuk ruang kelas sekedarnya.
Jangan bayangkan ruang perpustakaan untuk sekolah ini. Selain tidak adanya buku-buku atau bahan bacaan untuk anak usia sekolah dasar, sekolah ini juga minim peralatan peraga pendidikan dan alat olahraga. Alokasi dana dari pemerintah hanya cukup untuk merenovasi bangunan yang ada dan untuk sedikit dekorasi yang juga diadakan secara swadaya oleh siswa dan para guru.
Tampak luar mungkin seperti bangunan sekolah yang cukup layak, tapi bila ditilik lebih dalam, apalagi kalau melihat demografis siswa-siswa yang belajar di sekolah ini. Rata-rata pekerjaan orang tua murid adalah nelayan dan petani. Banyak dari siswa di sekolah ini yang harus berjalan kaki menempuh jarak 2 kilometer untuk menuntut ilmu. Seragam mereka kebanyakan sudah lusuh dan jangan harap bisa melihat sepatu bagus dipakai oleh siswa-siswa SDN IV Sawarna.
Tepat sebelum acara dimulai dua anggota ScOCI tiba di depan gerbang sekolah, yaitu sekitar pukul 10 pagi. Dua anggota ini berangkat dini hari dari Jakarta pukul 5 pagi dan berjalan nonstop Jakarta-Pelabuhan Ratu, berhenti sejenak di Pelabuhan Ratu untuk sarapan, buang air kecil dan menambah bahan bakar.
Puncak acara dimulai dengan sambutan singkat dari Kepala Sekolah, disusul oleh Ketua Scorpio Owners Club Indonesia, Joko Susilo dan dilanjutkan penyerahan sumbangan secara simbolis. Acara yang semula berkesan formal mula mencair ketika anggota ScOCI Arya, meminta beberapa siswa SDN IV Sawarna untuk maju ke depan dan menjawab beberapa pertanyaan.
Acara pun semakin meriah ketika beberapa lagu kebangsaan dan nasional dinyanyikan bersama-sama. Hal ini juga dibumbui dengan acara tanya jawab antara anggota ScOCI dengan siswa-siswa SDN IV Sawarna yang cukup lucu dan mengundang gelak tawa.
Acara ditutup dengan sesi foto bersama antara siswa-siswa SDN IV Sawarna, para guru dan segenap anggota ScOCI.
Seusai acara Bakti Sosial Scorpio Owners Club Indonesia untuk SDN IV Sawarna, Bayah, Kabupaten Lebak segenap anggota tim menuju pantai yang telah dikunjungi semalam untuk memenuhi rasa ingin tahu pemandangan pada siang hari. Karena matahari cukup menyengat, maka acara jalan-jalan di pantai itu cukup melelahkan, menguras keringat dan mengeringkan kerongkongan. Tak satupun anggota yang ingat untuk membawa bekal minum. Pantai di desa Sawarna ini masih cukup alami dan bias dibilang warung terdekat berjarak 2 kilometer dari pantai dan itupun berada di tengah-tengah rumah penduduk.
Di Tanjung Selayar ini terdapat sebuah batu yang bentuknya menyerupai sebuah layar perahu. Konon, menurut penuturan penduduk setempat batu itu adalah layar dari perahu Malin Kundang. Perahu Malin Kundang terdampar di Jawa Barat di Tangkuban Perahu sementara layarnya tertinggal di pantai Tanjung Selayar. Benar tidaknya legenda itu tidak membuat tim ScOCI larut untuk memikirkannya, apalagi di depan mata terbentang pantai dengan pemandangan indah dan ombak yang berdebur kencang.
Untuk mencapai pantai ini hanya ada satu jalan yang dihubungkan dengan sebuah jembatan gantung yang membentang di atas sebuah sungai yang hampir tidak mengalir karena airnya terjebak lautan. Menurut Bapak Endang, Kepala SDN IV Sawarna yang menyertai kami melntasi jembatan gantung, beberapa waktu lalu sempat terlihat oleh penduduk sebuah buaya muara bermoncong kecil.
Sepengetahuan salah satu anggota tim, buaya muara memang bermoncong kecil, karena mangsa utamanya hanya ikan dan atau burung dan tidak berbahaya bagi manusia. Menanggapi cerita itu secara bergurau seorang anggota tim berucap, “Sekarang desa Sawarna juga kedatangan delapan buaya dari Jakarta.” Gelak tawa riuh rendah dan ucapan-ucapan konyol susulan menimpali celetukan itu.
Setelah berpanas ria jalan-jalan di pantai, mendorong motor yang ambles di pasir, melewati adegan mendebarkan di atas jembatan gantung yang berguncang karena hentakan sepeda motor Yamaha Scorpio 225 cc dan bertemu turis asing dari Bulgaria yang mencari pantai untuk selancar, segenap tim beristirahat dan makan siang di rumah Pak Sandy di tepi jalan utama desa Sawarna.
Tidak perlu waktu lama bagi 8 orang anggota tim ScOCI yang kelelahan, haus dan kepanasan untuk menyantap ludes hidangan sederhana dari istri Pak Sandy. Karena panas yang sangat menyengat, satu orang bisa meneguk habis 2-3 botol teh dingin dari warung terdekat. Belum lagi air putih dingin dan sepiring nasi dan lauk pauk. Lengkap sudah.
Kelelahan, kepanasan lalu kekenyangan membuat semua anggota tim hampir tak sadarkan diri di lantai ruang tamu Pak Sandy yang sejuk dan dingin. Ruang tamu itu penuh disesaki oleh 8 orang pria dengan segala perlengkapan berkendara seperti tas, helm, jaket dan box motor.
Setelah beristirahat hampir 3 jam, tim bersiap-siap untuk meninggalkan desa Sawarna. Pukul 3 sore tim berpamitan kepada segenap penduduk desa Sawarna dan tidak lupa meninggalkan tanda terima kasih kepada keluarga Bapak Sandy.
You must be logged in to post a comment.